Kemuliaan Seorang Penulis
“Ikatlah ilmu dengan menuliskannya” merupakan nasihat Ali bin Abi Thalib yang sangat popular di kalangan penulis. Sepintas pesan itu tak bermakna begitu luas. Namun, jika pesan itu dikaji lebih dalam, maka akan terkuak suatu keajaiban luar biasa. Ada lima keajaiban menjadi penulis, yaitu pencatat sejarah, pendakwah, pemikir, berkarakter, dan mulia.
Penulis merupakan pencatat sejarah karena ia telah mendokumentasikan semua peristiwa yang didengar, dilihat, dan diketahuinya. Ia telah menorehkan sesuatu untuk diketahui orang lain. Untuk mendapatkan informasi yang akurat, penulis sering berjibaku dengan waktu, dana, kondisi sosial politik, bahkan keamanan dirinya. Penulis tidak hanya menulis sesuatu yang disukai. Ia harus jujur bahwa informasi itu layak untuk diketahui. Karena itu, sejarahlah yang mencatat bahwa seorang penulis adalah sejarawan.
Penulis juga merupakan pendakwah paling bijaksana. Ia menyampaikan ilmu untuk mengubah keadaan buruk menjadi lebih baik tanpa berinteraksi langsung. Ia mengajarkan ilmunya tanpa memaksa pembacanya. Ia menawarkan buah pikirnya untuk menjadi solusi alternatif bagi pembacanya. Sering sekali ditemui sebuah kesulitan yang tidak ditemukan pemecahan secara verbal. Justru kemudahan itu diperoleh ketika ia membaca tulisan orang lain.
Menjadi penulis berarti menjadi pemikir. Ia akan berusaha memikirkan setiap ide dan gagasannya agar dapat diterima pembacanya. Ia selalu mencari pikiran-pikiran baru sehingga tercipta pribadi kreatif, inovatif, dan kritis. Penulis berusaha untuk menawarkan gagasannya agar sebuah situasi menjadi kondusif. Selain itu, sikap kritis itu sering memunculkan penilaian negatif. Situasi demikian sering dialami dan merupakan risiko menjadi seorang penulis.
Seorang penulis adalah pribadi berkarakter kuat dan cerdas. Idealismenya tidak dapat dibeli. Ia akan berusaha untuk mempertahankan karakteristik tulisannya. Mengutip pendapat Mario Teguh, begawan motivator, penulis harus berekspektasi dirinya sebagai penulis, bukan penjual ide. Ia harus menunjukkan diri dengan ciri khusus yang dimilikinya. Kemampuan menjaga karakteristik tulisannya itulah yang sangat sulit.
Karena sedemikian besar jasa seorang penulis, ia berhak untuk mendapatkan kemuliaan. Mengutip sebuah ayat suci yang menyatakan bahwa Tuhan akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu, di situlah kebenaran akan ditemukan. Seiring dengan semangat berbaginya, seorang penulis diangkat tinggi-tinggi oleh pembacanya. Ia dijadikan rujukan melalui kutipan karya-karyanya. Perhatikanlah sejarawan, perawi hadis, dan ilmuwan. Mereka dikenal dan dikenang sepanjang sejarah.
Pada masa modern, kemuliaan seorang penulis tidak hanya sebatas dikenal dan dikenang. Karya-karyanya akan dihargai tinggi oleh para penerbit. Mereka berhak atas royalti terhadap buku-buku yang tulisnya. Maka, sebenarnya menjadi penulis telah menjadi alternatif masa depan yang menjanjikan. Belum pernah ditemukan adanya seorang penulis yang miskin. Karena janji Tuhan memang tidak pernah diingkari. Ayo menjadi penulis.
What is cPanel (& Why Doesn’t WordPress.com Use It)?
15 jam yang lalu
2 komentar:
like this,,
mantaap.
Posting Komentar